Manusia adalah makhluk Allah subhanahu wa ta'ala yang sangat
mulia. Tak heran, Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan
para Malaikat-Nya
sujud kepada manusia pertama,
Nabi Adam alaihissalaam. Namun
kemuliaan ini membangkit-kan rasa
dengki pada makhluk Allah yang lain. Iblis terlaknat tampil dengan segala
keangkuhannya, Perintah Allah subhanahu wa ta'ala ditantangnya. Bahkan ia berani berdebat dengan Sang Pencipta, menentang
kemulia-an –yang menurutnya- tidak sepatut-nya diterima olah makhluk bernama
manusia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Apa yang
menghalangimu untuk bersujud kepada Adam ketika Aku memerintahkanmu?" Iblis
menjawab: "Saya lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api
sedang Engkau ciptakan dia dari tanah". (QS. Al-A’raaf:12)
Akhirnya,
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman melaknat Iblis dan mengusirnya dari Surga. Tetapi kebencian Iblis
sudah demikian besar dan dalam, hukuman Allah subhanahu wa ta'ala tidak membuatnya
sadar, apalagi mendorongnya bertaubat.
Iblis
makhluk pendengki ini, justru bersumpah di hadapan Sang Maha Kuasa, akan terus
melakukan permusuhan abadi dengan Adam Alaihis Salam dan keturunannya. Iblis
memohon agar Allah subhanahu wa ta'ala tidak mematikannya hingga hari Kiamat.
Iblis berkata: "Beri
tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya kamu diberi tangguh." Iblis berkata: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka
dari jalan Engkau yang lurus, dan saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur/taat. (QS. Al-A’raaf:14-17)
Maka selama itu Iblis
tak henti-hentinya menggunakan berbagai upaya untuk menyesatkan manusia.
Upaya Iblis
meraih kesuksesan saat ia berhasil menggoda Adam alaihissalaam melanggar larangan Allah subhanahu wa ta'ala. Adam alaihissalaam mendapat teguran keras dari Allah subhanahu wa ta'ala. Namun segala
puji bagi Allah subhanahu wa ta'ala yang telah membimbing Adam alaihissalaam untuk bertaubat dan memohon ampunanNya.
“Kemudian
Adam menerima bebe-rapa kalimat dari Rabbnya, Maka Allah menerima taubatnya.
Sesung-guhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Baqarah:37)
Tetapi
meski taubat dan permohonan ampunan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Adam u tetap menjalani keputusan Allah subhanahu wa ta'ala, keluar dari
Surga dan menjalani kehidupan di muka bumi ini.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama…” (QS.
Thaha:123)
Namun
meski Nabi Adam alaihissalaam telah keluar dari Surga, Iblis belum puas dan masih saja kecewa serta
merasa gagal. Keinginan Iblis tidak hanya sebatas itu, bahkan juga tidak
sekedar mengupayakan manusia masuk Neraka. Namun impian Iblis lebih dari pada
itu, ia ingin manusia melakukan pelanggaran yang bisa menjadikannya kekal di
Neraka, agar menemaninya merasakan azab untuk selama-lamanya.
Iblis
pun tahu, tidak ada dosa manusia melainkan akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta'ala, selain dosa
memper-sekutukan Allah subhanahu wa ta'ala (Syirik kepada
Allah). Janji Allah subhanahu wa ta'ala telah pasti,
mengampuni dosa-dosa semuanya, selain dosa syirik kepadaNya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehen-dakiNya. Barangsiapa
yang memper-sekutukan Allah,Maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.
(QS. An-Nisaa:48)
Sebesar apapun
dosa manusia –Selain Syirik- tidak akan menjadikan dia kekal di dalam Neraka,
bahkan jika Allah subhanahu wa ta'ala berkehendak memasuk-kannya ke dalam Neraka, waktunya hanya sementara, kelak
dia akan dikeluarkan juga.
Akan
tetapi dosa syirik, bagai-manapun kecil atau remehnya dalam pandangan kita,
tetap saja membuat pelakunya kekal di Neraka, apabila dia tidak bertaubat
sebelum ajal menjemputnya.
Oleh
karena itu, upaya dan kerja keras Iblis diarahkan untuk merusak aqidah manusia,
supaya mereka terjerumus dalam dosa memper-sekutukan Allah subhanahu wa ta'ala (Syirik).
Berbagai
kesyirikan dikemas oleh Iblis dalam bentuk-bentuk yang indah, sehingga banyak
manusia tidak menyadarinya. Lebih parah lagi, sebagian perbuatan syirik itu,
kini dianggap sebagian manusia sebagai ibadah, dan peringatan untuk
meninggalkannya justru dianggap perbuatan yang nista.
Iblis
terus menebar perangkap-perangkapnya. Maka jangan sampai anda menjadi salah
satu korbannya. Untuk itu, jagalah aqidah anda, agar dosa-dosamu yang lalu
diampuni olehNya.
Iblis
juga tahu aqidah adalah asas bagi semua amalan. Di atas aqidah di bangun amalan
anggota badan. Jika asas kuat dan benar, maka bangunan yang di bangun di
atasnya pun menjadi kuat dan kokoh.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya menancap kokoh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon ini
berbuah setiap saat dengan izin Rabbnya. Sungguh Allah
membuat perumpamaan kepada
manusia agar mereka menjadi sadar.”
(QS. Ibrahim:24-25)
Pohon tersebut menjulang tinggi ke langit karena berdiri
di atas asas yang kuat, akarnya menancap kokoh ke bumi, karena itu pula ia mem-berikan
buahnya setiap saat.
Adapun bila asas bangunan lemah, maka bangunannya rapuh
dan goncang. Dalam waktu singkat bangunan itu akan roboh dan hancur. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, akarnya tercabut dari tanah sehingga tidak bisa tegak” (QS. Ibrahim:26)
Pohon dengan akar tercabut, pasti mudah roboh meski hanya
terkena sedikit hembusan angin, apalagi bila dilanda badai. Demikianlah aqidah
yang lemah atau rusak, pemiliknya mudah terombang-ambing, amalannya gampang
melemah dan redup, semangatnya untuk beramal hanya sesaat.
Sangat berbeda bila amalan dibangun di atas asas (aqidah)
yang benar dan kokoh, ia akan terus bertahan dan bertambah, hingga bangunan
amalan tersebut menjadi sempurna. Pemiliknya pun meraih ridha Allah subhanahu wa ta'ala
وصلى الله على محمد وعلى آله وأصحبه أجمعين
@ Ust. Amiruddin
Djalil, Lc
Maroji’: - Disarikan dari Kitab
Aqidatu Awwalan Lau Kuntum Ta’lamuun karya Syaikh Abul Islam ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar