Rabu, 16 Desember 2015

Sebab Kerasnya Hati

Hati merupakan pengendali manusia, manakala hatinya baik maka ia akan mengarahkan pemiliknya kepada hal-hal yang baik dan menahannya untuk berbuat kemungkaran.  Namun  apabila  hatinya  menjadi keras maka kehidupan
seseorang menjadi tidak terkendali, dia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq dan mana yang batil sehingga ia mudah terjerumus ke dalam lembah yang hina, bergelimang dalam dosa dan maksiat.
Hati juga merupakan sumber kebahagiaan apabila kita mampu membersihkan-nya, namun sebaliknya dia bisa menjadi sumber bencana dan penderitaan apabila kita menodainya. Amalan badan sangat tergantung dari lurus atau bengkoknya hati seseorang. Abu Hurairah Radhiallaahu ‘Anhu berkata, "Hati adalah pemimpin, sedang- kan anggota badan lainnya adalah tentaranya. Apabila pemimpinnya bagus, maka akan bagus pula tentaranya namun apabila pemimpinnya buruk, maka akan buruk pula tentaranya." Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
﴿ … أَلاَ وَ إِنَّ فيِ الْجَسَدِ مُضْغَةً  إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ  فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ  وَهِيَ الْقَلْبُ ﴾ رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ
“Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah badan itu seluruhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya, ketahuilah bahwa dia itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)
­­­
& Berikut ini kami sebutkan beberapa tanda-tanda apabila hati kita menjadi keras:
1. Malas Melakukan Ketaatan dan Amal Kebaikan
Merasa berat dan malas melaksanakan ibadah, baik yang wajib apalagi ibadah-ibadah sunnah. Melaksanakan shalat asal-asalan, tidak bersungguh-sungguh dan tidak khusyu’. Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan tentang ciri orang-orang munafik:
﴿ … وَلاَ يَأْتُونَ الصَّلاَةَ إِلاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُونَ ﴾
“Dan mereka tidak mengerjakan shalat melainkan dengan malas dan tidak pula menginfakkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At-Taubah:54)
2. Tidak Tersentuh dengan Nasehat dan Ayat-ayat Al-Qur'an
Ketika disampaikan nasehat tentang janji dan ancaman Allah, maka dia tidak terpengaruh sama sekali, tidak mendengar dan taat, lalai dari membaca Al-Qur'an, tidak mentadabburinya bahkan berpaling dari Al-Qur'an.
3. Tidak Tersentuh dengan Ayat-ayat Kauniyah
Tidak tersentuh dengan berbagai peristiwa atau musibah yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai suatu hal yang biasa yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.
4. Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat
Orientasi kehidupan dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia semata. Sehingga menjadilah dia seorang yang suka mendengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap harta dunia.
5.  Tidak Mengagungkan Allah.
Orang yang memiliki hati yang keras tidak akan mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Sehingga tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa-dosa yang terjadi, hilangnya rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari perkara yang mungkar.
6.  Kegersangan Hati
Orang yang memiliki hati yang keras tidak akan merasakan ketenangan dan kedamaian. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu, dadanya sempit dan sering mengalami kegoncangan.
7.  Kemaksiatan Berantai
Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.

Sebab-Sebab Kerasnya Hati
Setelah kita mengetahui beberapa tanda kerasnya hati, maka berikut ini kami sebutkan beberapa faktor penting yang menyebabkan kerasnya hati, antara lain:
1. Ketergantungan Hati kepada Dunia serta Melupakan Akhirat
Kalau hati sudah terlalu mencintai dunia melebihi kecintaan akan akhirat maka hati akan tergantung terhadapnya, sehingga cepat atau lambat laun keimanan akan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka sehingga urusan akhirat terabaikan dan bahkan terlupakan. Hatinya lalai mengingat kematian, maka jadilah dia seorang penghayal dan panjang angan-angan.
Seorang Salaf berkata, "Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia dan juga mempunyai dua mata di hatinya untuk melihat seluruh perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain kebaikan baginya maka dia akan biarkan hamba tersebut tidak mampu melihat dengan mata hati-nya, lalu dia membacakan ayat:
﴿ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴾
“Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad:24)
2.  Lalai
Lalai merupakan penyakit berbahaya apabila menjalar di dalam hati dan ber-sarang di dalam jiwa. Karena hal ini akan menjadikan anggota badan saling men-dukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah di
kunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. An-Nahl:108)
Orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati yang keras membatu, tidak mempan dengan berbagai macam nasehat. Dia seperti batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata namun tidak mampu melihat kebenaran, tidak mampu membedakan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan bagi dirinya. Mereka juga memiliki telinga, tapi hanya digunakan untuk mendengarkan berbagai macam kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan, tidak digunakan untuk mendengarkan kebenaran dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam (lihat Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 179)
3.  Teman yang Buruk
Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang menyebabkan kerasnya hati seseorang. Orang yang memiliki teman yang buruk, yang berkubang dalam dosa dan maksiat, banyak bergurau dan tertawa tanpa batas, suka mendengar musik dan meng-habiskan waktunya untuk film dan berbagai perbuatan yang sia-sia dan melalaikan maka sangat memungkinkan dia akan terpengaruh oleh kondisi tersebut.
4. Terbiasa dengan Dosa dan Maksiat

Dosa adalah penghalang jalan bagi seseorang untuk sampai kepada Allah.
Sebuah dosa akan memicu terjadinya dosa lain yang mungkin lebih besar dari yang pertama, sehingga dia menjadi bertumpuk tanpa terasa. Dianggapnya hal itu biasa-biasa saja, padahal satu persatu dosa dan maksiat tersebut masuk ke dalam hati dan menjadikan hati gelap dan keras, sehingga dosa tersebut menjadi ketergantungan yang sangat sulit dan berat untuk dilepaskan. Maka semakin melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju kepada Allah dan kampung akhirat.
5.  Melupakan Kematian dan Hari Akhirat
Hati yang keras menjadikan pemiliknya lalai dari mengingat kematian dan ngerinya
sakaratul maut, adzab kubur, huru hara padang mahsyar, timbangan amal, shirath, Surga dan Neraka, semuanya akan hilang dari ingatan dan hatinya.
6.  Melakukan Perusak Hati
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:“Ada lima perkara yang menjadi perusak hati yaitu banyak bergaul dengan sembarang manusia, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan dalam makan dan berlebihan tidur.
&  Mengobati Hati yang Keras
Hati yang lembut merupakan nikmat yang sangat besar sedangkan hati yang keras merupakan musibah yang sangat besar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 22: “Maka kecelakaan besar bagi mereka yang hatinya telah keras membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.”        
Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yaitu:
1. Ma'rifatullah (mengenal Allah)
Siapa yang mengenal Allah dengan baik maka hatinya pasti akan lunak dan lembut dan siapa yang jahil terhadap-Nya maka hatinya akan menjadi keras. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah maka dia akan semakin berani melanggar batasanNya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaanNya.
2. Mengingat Kematian
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, adzab kubur juga penderitaan saat sakaratul maut, meng-hadiri jenazah, ziarah kubur, memikir-kan keadaan orang yang meninggal dunia yang meninggalkan keluarganya,  jabatannya, kekuasaannya dan semua hartanya. Kemudian dia memikirkan keadaan dirinya yang sebentar lagi juga akan mengalami hal yang sama. Maka semua hal tersebut termasuk mengingat kematian. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan kita dari keterlenaan.
3. Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur'an
Memikirkan janji dan ancaman Allah, perintah dan laranganNya. Maka dengan memikirkan kandungan Al-Qur’an hati akan tunduk, iman kita akan bergerak mendorong dan memotivasi kita untuk berjalan menuju ke jalan Allah, hati akan menjadi lunak dan takut kepada Allah.
4. Mengingat Kiamat dan hari Akhirat
Huru-hara hari kiamat, Surga dan segala kenikmatanya, dahsyatnya adzab neraka yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan.
5. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir dan taubat dapat melunakan hati yang keras karena itu selayaknya seorang hamba mengobati hatinya dengan berdzikir dan memperbanyak taubat dan istighfar kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, maka keras-nya hati semakin bertambah pula.
6. Bergaul dengan Orang Shalih
Orang shaleh akan memberikan kita semangat ketika kita lemah, mengingat-kan kita ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
7. Mengintrospeksi Diri.
Apabila seseorang tidak melakukan introspeksi dan melihat kekurangan diri-nya maka dia tidak akan pernah tahu kalau hatinya sedang sakit dan memiliki banyak kekurangan. Jika ia tidak merasa sakit atau memiliki kekurangan, maka
bagaimana mungkin dia akan memperbaiki dirinya atau melakukan usaha untuk mengobati rasa sakit yang dideritanya.
8. Memperbanyak Do’a
Meminta kemudahan dan pertolongan dari Allah untuk menjadikan hati kita tetap berada di atas jalanNya yang lurus.
Semoga Allah melunakkan hati kita semua untuk menerima kebenaran dan mengamalkannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wallahu a’lam,…!!!

             وصلى الله على محمد وعلى آله وأصحبه أجمعين

Maroji’: Kutaib “Limadza Taqsu Qulubuna”
                Al-Qism Al-Ilmi Darul Wathan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar